Rabu, 23 Desember 2009

Proses Pengolahan Dokumen

Beberapa langkah pengolahan dokumen meliputi pemeriksaan atas dokumen-dokumen tersebut sampai mereka disusun pada masing-masing tempat penyimpanan dokumen menurut jenisnya masing-masing. Urutan langkahnya sbb:

1. Pemeriksaan Atas Dokumen Yang Rusak
- dokumen tersebut sesuai dengan yang dipesan/yang dibutuhkan oleh lembaga yang bersangkutan atau tidak ditinjau dari segi materinya, kemutakhiran data/faktanya, kompetensi/kualifikasi ataupun kewenangan penyusunnya, bentuk fisiknya (hardcover atau bukan) dan spesifikasi lainnya yang ditetapkan sebelumnya.
- Kondisi dokumen : lengkap atau tidak halamannya, tipografinya jelas atau tidak, gambar-gambarnya, grafik, lampiran yang kurang lengkap, dsb.
- Menyortir dokumen-dokumen yang masuk itu menurut kelompok jenisnya (buku, pamflet, brosur, leaflet, manuskrip, dst) untuk memudahkan penyelesaian administrasi (pembayaran rekening penagihan untuk mereka, pembuatan surat-surat jawaban, dsb), serta untuk kepentingan pemrosesan dokumen selanjutnya : inventarisasi, katalogisasi/pengindeksan, abstracting,dst.

2. Langkah-langkah Inventarisasi Dokumen
a. Semua jenis dokumen tanpa terkecuali harus dibubuhi tanda cap instansi/lembaga yang bersangkutan agar dapat diketahui dengan segera bahwa barang tersebut adalah milik lembaga ybs. Untuk dokumen tertentu seperti film, mikrofilm dsb cap dibubuhkan pada label yang ada pada kotak/sampulnya.
b. Pada sisi belakang halaman judul hendaknya diterakan cap agenda: tanggal penerimaan dokumen, nomor induk atau accession number (untuk dokumen yang berupa buku) dan keterangan-keterangan yang dianggap perlu, misalkan: harga buku, keterangan seperti sumbangan, hadiah, dsb.
c. Registrasikan dokumen tersebut. Dibagi menjadi 3 penanganan yakni : dokumen yang berupa buku, berupa majalah/harian, serta untuk dokumen yang berupa pamflet/brosur/leaflet.
d. Pembuatan katalog, indeks dan abstraksi
Untuk keterangan dan penjelasan lebih lengkap mengenai langkah-langkah dalam menginvetarisir berbagai dokumen, dapat dilihat dalam buku Pengantar Ilmu Dokumentasi karangan Soejono Trimo, MLS.

3. Sistem Penyimpanan Arsip (Filling)
Terdapat banyak cara penyimpanan arsip (filling) yang digunakan di lembaga-lembaga dan kantor-kantor. Beberapa sistem filling yang masih digunakan sampai dengan saat ini diantaranya:

Spindle file : filling paku pada sekitar abad 15 yang dilakukan dengan cara menusukkan surat/arsip di bagian tertentu secara kronologis atau berdasarkan urutan waktu. Biasanya untuk penyimpanan resep, nota-nota, resi, dll. yang sering digunakan di rumah sakit, apotik, toko-toko dan lain-lain.

Pigeon hole file : penyimpanan arsip didalam kotak seperti filling kabinet yang terbuka dengan menulis titel nama atau subjek di sebelah luarnya.

Bellows file : tahun 1860, penyimpanan file kedalam tempat seperti map yang berukuran besar yang didalamnya terbagi-bagi secara terurut baik angka ataupun huruf yang isinya sangat terbatas. Untuk kelompok arsip yang sedikit, urutan alfabetis yang ada dalam bellows file digunakan sebagai alat penyortiran.

Box file : penyimpanan file pada sekitar tahun 1875 yang berbentuk seperti sebuah buku yang dapat dibuka dari sebelah samping. Dimana di setiap box-nya diisi satu set lembaran arsip yang terkelompok sesuai dengan labelnya dan tersusun secara alfabetis.

Shannon files : sistem penyimpanan file yang digunakan pada sekitar tahun 1880 yang pada awalnya digunakan untuk menyimpan arsip-arsip berharga agar aman. Shannon file selalu terdiri dua sisi lengkung terbuka di puncak papan di bagian depan atau belakang kotak. Arsip-arsip disimpan dengan cara dilobangi di sebelah atas, kemudian diletakkan di papan menurut susunan yang digunakan. Shannon file hanya cocok untuk menyimpan arsip yang jumlahnya hanya sedikit.

Vertikal file : dikenalkan oleh Dr. Nathaniel S. Rosenau pada tahun 1892. Ia percaya bahwa filing kartu buatannya pun dapat juga diterapkan untuk filing kertas, yakni dengan cara menempatkan arsip di belakang guide. Setelah mengalami perbaikan sistem, vertical filling ternyata merupakan metoda terbaik yang banyak digunakan di perusahaan-perusahaan atau organisasi-organisasi.

Untuk memahami sistem filling pada umumnya perlu diketahui terlebih dahulu beberapa pengertian tentang filling, diantaranya:

a. Filling : aktivitas penyimpanan arsip ke dalam kotak file, folder atau alat lain menurut aturan yang telah direncanakan. Meliputi : pemberian indeks, pengkodean, penyusunan, penempatn arsip, kartu, kertas dan semua tipe arsip secara sistematis.
b. Manual filling : buku petunjuk yang memuat informasi secara detail tentang berbagai langkah filling dan pengelolaan arsip, termasuk aturan-aturan dan prosedur yang digunakan.
c. Prosedur : langkah-langkah dalam penyusunan arsip termasuk cara-cara alfabetis untuk nama orang atau organisasi, nama lokasi geografi, nama subjek, cara numerik, termasuk kronologis dan cara alfanumerik.
d. Sistem : bermakna suatu rencana pengelompokkan arsip oleh seperangkat peralatan filling.
e. Pengklasifikasian : nama lainnya yakni pemberian indeks; penandaan nama orang atau organisasi, nama lokasi geografi, subjek atau nomor sebagai dasar penyimpanan arsip yang bersangkutan.
f. Pengkodean : proses pembuatan tanda (menggaris-bawahi, tanda cek, melingkari atau tanda lain) yang menjadi identitas items (kelompok arsip) yang akan disimpan berdasarkan hasil pengkodean.
g. Unit : nama, inisial atau kata-kata yang digunakan dalam menentukan urutan alfabetis untuk penyimpanan arsip. Misalnya: nama Joan C. Brown, memiliki 3 unit yaitu Brown unit pertama, Joan unit kedua dan C unit ketiga.
h. Tunjuk silang : berupa semacam tanda yang menunjukkan lokasi arsip yang dimaksud. Merupakan catatan yang diletakkan di lembaran atau tab guide/folder untuk mengindikasikan adanya arsip yang tidak disimpan di tempat tersebut tetapi disimpan di tempat lain.
i. Guide : penyekat di dalam filling kabinet/rak file yang berfungsi mengelompokkan arsip berdasarkan urutan alfabetis, nomor dan kronologis. Guide akan membantu kita dalam mengetahui lokasi arsip secara tepat dan cepat. Terdapat beberapa jenis guide, yakni:
- guide primer : memberi petunjuk adanya kelompok utama,
- guide sekunder & tertier : guide yang memberi petunjuk adanya sub bagian dan sub-sub bagian kelompok utama,
- guide spesial/khusus : guide yang menunjukkan adanya bagian khusus,
- guide out : guide tanda keluar; berfungsi menggantikan folser yang keluar dari filling kabinet atau rak file dan menjadi tanda di dalam rak file atau filling kabinet sehingga diketahui arsip apa yang keluar dari filling kabinet atau rak file.
j. Folder : tempat arsip kertas atau plastik.
- folder misscellaneous : folder yang berisi arsip-arsip yang bervariasi, sebab satu item (subjek, nama, nomor) hanya berisi beberapa lembar (pada umumnya 1-5) sehingga belum pantas diletakkan dalam satu folder tersendiri (folder individual).
- Folder spesial : folder yang berisi arsip-arsip khusus (karena frekuensi penggunaannya, karena menyimpang dari dasar pengelompokkan, dsb).
k. Score : sebuah identitas atau sekelompok tanda yang terletak di dasar sebuah folder. Bisa bermakna tanda yang menunjukkan daya tampung folder.
l. Tab : bagian dari guide atau folder yang menonjol, yang dipakai untuk meletakkan tabel.
m. Posisi : lokasi tab di permukaan guide/folder yang dilihat dari kiri ke kanan. Posisi pertama ialah tab yang berada di sebelah paling kiri, posisi kedua ialah tab yang berada di posisi kedua dari sebelah kiri.
n. Label : judul atau identitas berkas yang ditulis di atas stiker kertas yang ditempelkan di tab folder atau guide. Label dapat diaplikasikan dengan variasi warna.
o. Judul : dapat berupa nama orang/organisasi, nama geografi, nama subjek, nomor, atau informasi lain yang diletakkan di tab folder/guide/bagian depan kotak filling.
p. Arsip aktif : arsip yang frekuensi penggunaannya tinggi dan digunakan secara langsung oleh organisasi yang bersangkutan dalam kegiatan bisnis sehari-hari. Pengelolaannya harus memenuhi syarat accessibility (cepat ditemukan kembali).
q. Penemuan kembali arsip.
r. Metode charge out : sebuah metode untuk menjaga susunan arsip ketika ia akan keluar atau dikembalikan ke filling kabinet/rak file. Proses pengambilan arsip yang mengikuti prosedur yang telah ditentukan disebut the cahrge out (kata kerja). Sedangkan yang berarti kata benda, the charge out berarti catatan yang menunjukkan siapa yang mengambil arsip, kapan materi itu dikembalikan, kapan diambil, dan lain-lain.
s. Prosedur follow up : langkah yang harus diambil setelah arsip keluar dari tempatnya yang berfungsi sebagai kontrol arsip yang dipinjam; meminta untuk mengembalikan arsip yang dipinjam.
t. Transfer : proses pemindahan arsip aktif dari ruangan file ke pusat arsip karena frekuensi penggunaannya telah menurun dan dianggap inaktif.
u. Retensi : jangka waktu penyimpanan arsip atau umur arsip yang pada umumnya ditentukan berdasarkan nilai guna arsip.
v. Pemusnahan : kegiatan memusnahkan arsip dengan cara dicacah, dibakar atau yang lain, sehingga arsip yang bersangkutan tidak dapat dikenali, baik bentuk fisik maupun informasinya.

Asas Pengorganisasian File

Masalah utama dalam pengorganisasian file adalah menentukan lokasi filling, apakah sentralisasi atau desentralisasi. Penentuan azas pengorganisasian file di suatu lembaga/organisasi juga harus sesuai dengan lembaga yang bersangkutan sehingga dapat mencapai prinsip efisiensi dan efektifitas. Faktor-faktor yang dapat dipakai sebagai dasar penentuan azas pengorganisasian file yaitu:

1. Lokasi : lokasi unit-unit kerja yang membutuhkan arsip.
2. Volume : jumlah arsip yang dikelola, jumlah kertas dalam setiap folder atau kotak atau rak dan lain-lain, serta pengembangan volumenya.
3. Identifikasi : faktor yang terkait dengan tipe dan kompleksitas arsip yang dikelola sehingga kita dapat mengenali seluruh arsip dalam bentuk berkas-berkas yang utuh dan sistematis. Hal ini juga terkait dengan media arsip yang dikelola, baik berbentuk kertas, disket, film, dan lain-lain.

Jenis-jenis Sistem Filling
Sistem filling adalah pengaturan dan penyimpanan arsip aktif secara logis dan sistematis, menggunakan nomor, huruf atau kombinasi nomor dan huruf sebagai identitas arsip yang bersangkutan.
Jenis-jenis filling pokok yang sering digunakan di kantor-kantor:
a. Sistem filling alfabetis : sistem penyimpanan arsip dinamis aktif menggunakan metode penyusunan secara alfabetis. Dua dasar penyusunan sistem ini adalah penyusunan kamus dan penyusunan ensiklopedi.
1. Sistem filling numerik : sistem penyimpanan arsip yang dilakukan berdasarkan nomor atau kode nomor.
b. Sistem filling alfanumerik : pengaturan arsip berdasarkan kombinasi huruf dan angka.
c. Sistem filling kronologis : sistem penyimpanan arsip yang didasarkan pada tanggal.

Dokumen Tekstual Lembaran Lepas

A. Dokumen Tekstual Lembaran Lepas (Surat)
Jenis dan macam keadaan dokumen yang berwujud lembaran di lingkungan lembaga pemerintah dan lembaga swasta jumlahnya sangat banyak. Kantor pemerintahan dan swasta umumnya memiliki pedoman penataan dokumen lembaran yang dikenal dengan istilah pedoman kearsipan. Dalam pedoman kearsipan ini dapat diikuti pedoman penataan arsip yang harus dilaksanakan dalam praktek nyata pengelolaan arsip.

Pemerintah dalam masalah kearsipan telah memberi perhatian besar, sehingga dikeluarkanlah UU. No.7 tahun 1971 yang mengatur ketentuan-ketentuan pokok kearsipan sebagai landasan hukum masalah kearsipan di Indonesia. Garis besar isi UU. No.7/1971 adalah sebagai berikut:
Bab I Ketentuan Umum : tentang arti, fungsi dan tujuan arsip.
Bab II Tugas Pemerintah atas : arsip pemerintah, pengamanan arsip badan swasta/perseorangan, penertiban arsip dinamis, pengelolaan arsip statis, peningkatan mutu kearsipan nasional, serta pembinaan arsip statis.
Bab III Organisasi kearsipan : terdiri dari pembentukan organisasi kearsipan di lembaga negara dan badan pemerintah pusat dan daerah, pembentukan arsip nasional dan daerah.
Bab IV Kewajiban Kearsipan : meliputi pemeliharaan arsip lembaga negara dan badan pemerintah pusat dan daerah, pemeliharaan arsip badan swasta/perseorangan, pengelolaan arsip, penyerahan arsip ke Arnas daerah/pusat.
Bab V Ketentuan Pidana : selama 10 tahun, seumur hidup, 24 tahun.
Bab VI Penutup : memuat hal yang belum diatur akan diatur, penetapan berlakunya.

Selain itu, untuk merealisasi permasalahan kearsipan maka dengan Keputusan Presiden No.26 tahun 1974 ditetapkan Lembaga Pemerintah non Departemen yaitu Arsip Nasional. Kedudukan arsip nasional seperti yang diatur dalam Bab I pada Kepres tersebut menjelaskan kedudukan, tugas pokok dan fungsi Arnas. Kedudukan Arnas : berkedudukan di Jakarta; kedudukan lembaga di bawah presiden; dan bertanggung jawab kepada presiden. Tugas pokok Arnas : menyelenggarakan kearsipan nasional; mengembangkan kearsipan nasional; dan membina kearsipan nasional. Fungsi Arnas : litbang kearsipan nasional dan tenaga kerja kearsipan; pengembangan dan pembinaan kearsipan dinamis; menerima, menyimpan, merawat, mengamankan arsip statis yang diterima dari berbagai badan atau perseorangan; pengelolaan arsip statis; kooperasi, koordinasi dengan lembaga kearsipan dalam/luar negeri.

Salah satu dokumen yakni berupa dokumen tekstual yang berbentuk lembaran lepas, misalnya surat. Ada baiknya kita mengenal beberapa jenis surat yang sering digunakan di lingkup organisasi pemerintah maupun niaga. Terdapat berbagai jenis surat seperti penggolongan yang dikemukakan pada buku “Surat Bisnis Modern” seperti:
a. Berdasarkan atas dasar isi dan asal surat :
- surat resmi atau surat dinas pemerintah
- surat niaga
- surat pribadi
b. Menurut maksud dan tujuan :
- surat pemberitahuan
- surat keputusan
- surat perintah
- surat permohonan
- surat peringatan
- surat penawaran dan sebagainya
c. Berdasarkan jaminan dan kemananan isinya :
- surat sangat rahasia
- surat rahasia
- surat konfidensial
- surat biasa
d. Atas dasar urgensi penyelesaiannya ;
- surat kilat khusus
- surat amat segera
- surat segera
- surat biasa

Sedangkan penggolongan jenis surat berdasarkan Surat Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 71 Tahun 1993 tentang Pedoman Umum Tata Persuratan Dinas adalah sbb:
a. Atas dasar keaslian surat :
- Asli, maksudnya lembaran yang ditujukan kepada instansi sebagaimana tercantum pada alamat yang dituju atau lembaran yang dinyatakan sebagai asli.
- Tembusan, yaitu tindasan atau carbon copy.
- Salinan atau turunan, yaitu lembaran hasil penggandaan.
- Petikan atau kutipan, yaitu lembaran yang berisi beberapa bagian yang diambil dari surat asli.
b. Atas dasar bobot informasinya :
- surat penting
- surat biasa
c. Berdasarkan pengamanan informasi :
- sangat rahasia
- rahasia
- terbatas
- biasa
d. Berdasarkan penyampaian surat :
- sangat segera

Konsep Umum Klasifikasi

Buku-buku, media, dokumen atau bahan informasi lain yang ada di perpustakaan, terutama yang jumlah koleksinya cukup besar, pada umumnya disusun berdasarkan sistem tertentu, dan umumnya dalam bentuk sistem klasifikasi. Klasifikasi merupakan aspek formal dari buku-buku, media, dokumen, atau koleksi lain yang ada di perpustakaan. Dengan demikian, tanpa klasifikasi, buku, media, dokumen, atau koleksi lain yang ada di perpustakaan, akan sangat sulit ditemukan, apalagi jika jumlah koleksinya sudah sangat banyak.
Berbagai sistem klasifikasi yang kita kenal menurut sejarah, berasal dari pinakes, yaitu suatu katalog untuk menempatkan subjek umum. Ini ditemukan oleh Callimachus pada perpustakaan Alexandria (Iskandariyah, Mesir). Ia mengklasifikasikan buku sampai pada sistem nomor seperti sekarang, termasuk sistem huruf dan lambang-lambang, atau kombinasi ketiganya: nomor, huruf, dan lambang.
Namun demikian, apapun bagan yang dipilih, atau seberapa besar koleksi yang ada, tujuan klasifikasi adalah untuk memudahkan pencarian suatu buku, media, dokumen, atau koleksi lain yang ada di perpustakaan. Hal ini penting sekali terutama jika sifat bukunya sangat heterogen.
Klasifikasi adalah alat untuk mempermudah pencarian buku atau dokumen, dan oleh karena itu ia perlu menempatkan buku-buku atau dokumen lain tentang sejarah nasional, tentang sibernetika dan bidang studi berkaitan, serta bidang-bidang lain yang memiliki sifat yang sama, ditempatkan pada tempat yang sama atau saling berdekatan. Hal ini dapat membantu para pencari buku atau dokumen lain mempercepat penemuannya, apalagi dalam perpustakaan yang memberlakukan sistem rak terbuka. Yang penting, klasifikasi harus sanggup menempatkan karya-karya yang saling berkaitan ke dalam tempat yang berdekatan. Dengan demikian, maka juga terjadi sebaliknya, bahwa karya-karya yang saling berjauhan atau bidang-bidang yang tidak memiliki ciri dan sifat yang sama (berlainan sifat dan cirinya), ditempatkan ke dalam tempat yang saling berjauhan.
Banyak bagan klasifikasi yang ada, namun setiap bagan pada akhirnya menuntun para pengguna kepada buku, media, atau koleksi lain yang dibutuhkannya, khususnya pada sistem layanan terbuka, serta bagi para petugas dan pustakawan dalam mencari buku atau dokumen lain untuk kepentingan penggunanya/pelanggannya. Pada yang terakhir ini terutama pada sistem rak tertutup. Mana yang baik di antara sistem terbuka dan tertutup tersebut, tidak perlu dipertentangkan, karena masing-masing sistem mempunyai keunggulan dan kelemahannya sendiri. Pada sistem rak terbuka, misalnya, pengguna bisa terdorong untuk melakukan browsing (melihat-lihat secara umum dan sepintas) jajaran koleksi perpustakaan secara langsung, dan oleh karena itu konsep ini dapat merangsang kesadaran intelektual.
Sementara itu, pada sistem rak tertutup, bisa mengurangi salah tangan, salah penempatan, dan pencurian buku. Pada sistem tertutup ini diajarkan kepada pengguna untuk menyandarkan kepada petugas untuk mengambilkannya setelah melalui pencarian jenis dan bentuk buku atau koleksi lain melalui katalog.
Pada sistem rak terbuka, diperlukan suatu sistem klasifikasi yang logis dan komprehensif agar para pengguna dapat menemukan subjek secara bersama-sama pula. Memang tidak menjadi masalah, apapun sistem yang digunakan, sistem klasifikasi tetap perlu kartu katalog sebagai sumber utama referensi utama. Dan ia juga harus lengkap dan mutakhir. Kartu katalog memberikan akses terhadap buku-buku, dokumen, atau koleksi lain yang ada di perpustakaan berdasarkan nama pengarang, judul buku atau dokumen, atau subjek, serta memberikan atau menyediakan nomor buku guna menemukan tempat buku dalam raknya.
Dengan melihat kondisi seperti tersebut di atas, maka yang namanya klasifikasi dan katalog ibarat saudara sekandung, artinya yang satu menjadi pelengkap yang lainnya. Klasifikasi tanpa katalog, tidak sempurna, juga sebaliknya, katalog tanpa klasifikasi, kurang berguna.
Perlu diingat di sini bahwa yang namanya klasifikasi adalah satu istilah yang digunakan untuk suatu proses yang bisa bermakna dalam rangka membuat skema atau bagan klasifikasi, dan termasuk juga kegiatan mengklasifikasikan suatu dokumen atau media sumber informasi. Guna memahami masalah-masalah teoretis tentang klasifikasi perpustakaan, maka secara singkat kita perlu membicarakan pengertian klasifikasi pengetahuan secara umum, atau yang sering disebut sebagai klasifikasi filosofis.
Secara sederhana, bagan atau skema klasifikasi didefinisikan sebagai suatu susunan kelompok kelas, suatu kelas tertentu yang kemudian dibagi ke dalam golongan-golongan yang mempunyai sifat dan ciri sama. Artinya pengelompokan berdasarkan ciri dan sifat yang sama. Ciri atau karekteristik di sini maksudnya adalah sifat pengelompokan konsep-konsep atau subjek yang terbagi-bagi sesuai dengan ciri yang dimilikinya. Dengan demikian, maka tujuan klasifikasi dalam hal ini adalah menempatkan benda-benda yang memiliki sifat sama secara bersamaan (ke dalam tempat yang sama atau berdekatan), dan menempatkan secara terpisah benda-benda yang memiliki sifat dan ciri yang berbeda.
Seperti telah ditunjukkan oleh Shera dan Egan bahwa "tidak ada teori pengetahuan, dan oleh karena itu tidak ada susunan pengetahuan, jika tidak mengingat akan kemampuan melekat pada pikiran manusia dalam membentuk konsep-konsep; serta merasakan konsep-konsep di luar pengelompokan secara mental yang meliputi dan mengelola sejumlah konsep spesifik yang mungkin ada". Karena pengklasifikasian setiap jenis benda bergantung kepada kemampuan intelektual yang melekat ini, maka pengklasifikasi harus memulai dengan memahami secara eksplisit tentang konsep dan pengelompokan. Konsep adalah pengenalan akan pola-pola sifat (qualities), atau struktur, yang memungkinkan pikiran menyebutkan objek dalam kaitannya dengan kenyataan konsistensi yang bisa diulang-ulang.
Menurut Aristoteles (dalam Wynar, 1972 dan juga Buchanan, 1979), semua pengetahuan ilmiah terdiri atas pengelompokan fakta-fakta atau keterangan-keterangan (particulars) di bawah konsep kelas secara bersamaan, serta dalam menggabungkan konsep-konsep tadi ke dalam suatu sistem. Tujuan ilmu adalah suatu batasan yang dapat menjelaskan ciri subjek dengan sifat-sifat dasarnya, serta dengan membedakan sifat-sifat tersebut dari kelompok-kelompok lainnya. Dengan demikian, tujuan akhir ilmu adalah pengelompokan objek-objek pengetahuan secara lengkap ke dalam kelompok-kelompok kelas, mempertunjukkan semua kesamaan dan perbedaan dalam sifat-sifat berbagai kelas.
Konsep ilmu seperti ini dijelaskan oleh Aristoteles. Ia mengatakan bahwa definisi suatu konsep istilah atau kelas, harus merupakan suatu statement yang lengkap tentang:
(1) Sifat-sifat dasar kelas. Contohnya adalah orang. Orang adalah hewan yang mampu berbicara secara rasional.
(2) Sifat-sifat khusus orang. Contohnya adalah orang mampu tertawa.
(3) Genus lain yang lebih tinggi. Contohnya, orang adalah binatang.
(4) Sifat-sifat yang membedakan orang dari semua spesies binatang lainnya. Contohnya, manusia adalah orang yang mampu berbicara.
(5) Sesuatu yang kebetulan ada, yaitu sifat-sifat yang merupakan bukan bagian dari definisi, tetapi pada umumnya ada pada setiap kelas dan kelas-kelas lainnya. Contohnya, orang adalah objek materi.

Pengelompokan ala Aristetolian ini sudah cukup terkenal. Dalam menggolongkan pengetahuan semesta (universal), ahli filsafat membatasi sepuluh kelas (kelompok benda yang paling disukai) sebagai berikut:
1. zat (substance) 2. kuantitas 3. kualitas
4. hubungan 5. tempat 6. waktu
7. situasi/posisi 8. posesi* 9. aktualitas
10. passivitas * = barang milik atau karakter yang diperoleh.

Lebih jauh kita dapat menemukan epistemologinya Aristoteles dalam uraian Kant. Menurut Kant, selalu ada dua faktor dalam pengetahuan -- yaitu bahan mentah, yang merupakan pengalaman indera, dan kegiatan pikiran yang tersusun, terorganisasi atau terpadu (synthetic). Untuk memahami atau untuk mengindera penafsiran, atau penilaian, yaitu pembentukan konsep dan hukum yang merupakan susunan dan rangkaian, caranya adalah dengan memadukan atau menyusun isi persepsi indera. Bentuk-bentuk ini merupakan kategori atau pengelompokan, yaitu bentuk-bentuk pemikiran suatu objek secara universal dan fundamental serta hubungan-hubungan antar objek tadi. Melalui penggunaan kategori-kategori ini, pikiran membangun bahan persepsi indera ke dalam keseluruhan pengalaman yang jelas (intelligible), sistematis, dan tersusun rapi.
Kategori Kant ini sesuai dengan klasifikasi atau penafsiran di dalam logika tradisional, sebagai berikut:
(1) Kategori-kategori kuantitas
kesatuan
pluralitas
totalitas
(2) Kategori-kategori kualitas
realitas
ketiadaan (negation)
keterbatasan (limitation)
(3) Kategori-kategori hubungan
kemelekatan (inherence) dan penghidupan (subsistence) atau zat (substance).
kausalitas dan ketergantungan.
komunitas atau pertukaran kepengaruhan (reciprocity of causal influence).
(4) Kategori-kategori modalitas - pengandaian
kemungkinan - kemustahilan
keberadaan - ketiadaan
keperluan - kebetulan (contingency).

Untuk menggambarkan teori dan argumen Kant, berikut diberikan gambaran beberapa contoh kategori dalam bentuk penerapan:
1) Kesatuan. Pikiran menyatukan berbagai sensasi. Contohnya seperti warna, bentuk berat, ukuran, rasa, dsb. ke dalam kesatuan atau identitas yang namanya jeruk, misalnya.
2) Pluralitas. Untuk menghitung sekantong jeruk, pikiran harus mengulanginya, seperti katakanlah, dua belas kali. Mengenali identitas kesatuannya serta menambahkan atau memadukan masing-masing satu kepada jumlah yang sudah diakui sebelumnya.
3) Zat. Pikiran dapat mengakui perubahan hanya dengan menunjukkan segala sesuatu yang tetap/permanan. Tanpa adanya kesadaran tentang keabadian, maka tidak ada perubahan, juga sebaliknya. Dengan begitu, maka jika kita berpikir tentang suatu objek, sebuah meja, misalnya, kita dapat mengatakan perubahan penampilannya hanya jika kita mengakui keidentikannya bahwa ia berubah.
4) Kausalitas. Hubungan kausal adalah satu dari rangkaian urutan yang perlu dan tidak bisa dibalik-balik. A penyebab B, berarti A harus terjadi pertama sebelum kejadian B. Namun dari pengalaman indera kita sendiri, kita tidak dapat memperoleh ide dengan rangkaian yang perlu dan tidak bisa terbalik itu.

Sekarang jelas bahwa penggunaan atau penerapan seluruh kategori itu mempunyai arti harus selalu sintesis, terorganisasi atau tergabungkan, termasuk pada beberapa hal dalam pengalaman indera yang semrawut (chaotic) dan berjenis-jenis. Pengetahuan meliputi baik yang sintesis maupun yang analitis. Kita harus melihat benda secara bersama sebelum bagian-bagiannya; namun juga kita tidak bisa melihat benda bersama-sama kecuali kalau kita meletakkannya bersama-sama.

Konsep Umum Klasifikasi

Buku-buku, media, dokumen atau bahan informasi lain yang ada di perpustakaan, terutama yang jumlah koleksinya cukup besar, pada umumnya disusun berdasarkan sistem tertentu, dan umumnya dalam bentuk sistem klasifikasi. Klasifikasi merupakan aspek formal dari buku-buku, media, dokumen, atau koleksi lain yang ada di perpustakaan. Dengan demikian, tanpa klasifikasi, buku, media, dokumen, atau koleksi lain yang ada di perpustakaan, akan sangat sulit ditemukan, apalagi jika jumlah koleksinya sudah sangat banyak.
Berbagai sistem klasifikasi yang kita kenal menurut sejarah, berasal dari pinakes, yaitu suatu katalog untuk menempatkan subjek umum. Ini ditemukan oleh Callimachus pada perpustakaan Alexandria (Iskandariyah, Mesir). Ia mengklasifikasikan buku sampai pada sistem nomor seperti sekarang, termasuk sistem huruf dan lambang-lambang, atau kombinasi ketiganya: nomor, huruf, dan lambang.
Namun demikian, apapun bagan yang dipilih, atau seberapa besar koleksi yang ada, tujuan klasifikasi adalah untuk memudahkan pencarian suatu buku, media, dokumen, atau koleksi lain yang ada di perpustakaan. Hal ini penting sekali terutama jika sifat bukunya sangat heterogen.
Klasifikasi adalah alat untuk mempermudah pencarian buku atau dokumen, dan oleh karena itu ia perlu menempatkan buku-buku atau dokumen lain tentang sejarah nasional, tentang sibernetika dan bidang studi berkaitan, serta bidang-bidang lain yang memiliki sifat yang sama, ditempatkan pada tempat yang sama atau saling berdekatan. Hal ini dapat membantu para pencari buku atau dokumen lain mempercepat penemuannya, apalagi dalam perpustakaan yang memberlakukan sistem rak terbuka. Yang penting, klasifikasi harus sanggup menempatkan karya-karya yang saling berkaitan ke dalam tempat yang berdekatan. Dengan demikian, maka juga terjadi sebaliknya, bahwa karya-karya yang saling berjauhan atau bidang-bidang yang tidak memiliki ciri dan sifat yang sama (berlainan sifat dan cirinya), ditempatkan ke dalam tempat yang saling berjauhan.
Banyak bagan klasifikasi yang ada, namun setiap bagan pada akhirnya menuntun para pengguna kepada buku, media, atau koleksi lain yang dibutuhkannya, khususnya pada sistem layanan terbuka, serta bagi para petugas dan pustakawan dalam mencari buku atau dokumen lain untuk kepentingan penggunanya/pelanggannya. Pada yang terakhir ini terutama pada sistem rak tertutup. Mana yang baik di antara sistem terbuka dan tertutup tersebut, tidak perlu dipertentangkan, karena masing-masing sistem mempunyai keunggulan dan kelemahannya sendiri. Pada sistem rak terbuka, misalnya, pengguna bisa terdorong untuk melakukan browsing (melihat-lihat secara umum dan sepintas) jajaran koleksi perpustakaan secara langsung, dan oleh karena itu konsep ini dapat merangsang kesadaran intelektual.
Sementara itu, pada sistem rak tertutup, bisa mengurangi salah tangan, salah penempatan, dan pencurian buku. Pada sistem tertutup ini diajarkan kepada pengguna untuk menyandarkan kepada petugas untuk mengambilkannya setelah melalui pencarian jenis dan bentuk buku atau koleksi lain melalui katalog.
Pada sistem rak terbuka, diperlukan suatu sistem klasifikasi yang logis dan komprehensif agar para pengguna dapat menemukan subjek secara bersama-sama pula. Memang tidak menjadi masalah, apapun sistem yang digunakan, sistem klasifikasi tetap perlu kartu katalog sebagai sumber utama referensi utama. Dan ia juga harus lengkap dan mutakhir. Kartu katalog memberikan akses terhadap buku-buku, dokumen, atau koleksi lain yang ada di perpustakaan berdasarkan nama pengarang, judul buku atau dokumen, atau subjek, serta memberikan atau menyediakan nomor buku guna menemukan tempat buku dalam raknya.
Dengan melihat kondisi seperti tersebut di atas, maka yang namanya klasifikasi dan katalog ibarat saudara sekandung, artinya yang satu menjadi pelengkap yang lainnya. Klasifikasi tanpa katalog, tidak sempurna, juga sebaliknya, katalog tanpa klasifikasi, kurang berguna.
Perlu diingat di sini bahwa yang namanya klasifikasi adalah satu istilah yang digunakan untuk suatu proses yang bisa bermakna dalam rangka membuat skema atau bagan klasifikasi, dan termasuk juga kegiatan mengklasifikasikan suatu dokumen atau media sumber informasi. Guna memahami masalah-masalah teoretis tentang klasifikasi perpustakaan, maka secara singkat kita perlu membicarakan pengertian klasifikasi pengetahuan secara umum, atau yang sering disebut sebagai klasifikasi filosofis.
Secara sederhana, bagan atau skema klasifikasi didefinisikan sebagai suatu susunan kelompok kelas, suatu kelas tertentu yang kemudian dibagi ke dalam golongan-golongan yang mempunyai sifat dan ciri sama. Artinya pengelompokan berdasarkan ciri dan sifat yang sama. Ciri atau karekteristik di sini maksudnya adalah sifat pengelompokan konsep-konsep atau subjek yang terbagi-bagi sesuai dengan ciri yang dimilikinya. Dengan demikian, maka tujuan klasifikasi dalam hal ini adalah menempatkan benda-benda yang memiliki sifat sama secara bersamaan (ke dalam tempat yang sama atau berdekatan), dan menempatkan secara terpisah benda-benda yang memiliki sifat dan ciri yang berbeda.
Seperti telah ditunjukkan oleh Shera dan Egan bahwa "tidak ada teori pengetahuan, dan oleh karena itu tidak ada susunan pengetahuan, jika tidak mengingat akan kemampuan melekat pada pikiran manusia dalam membentuk konsep-konsep; serta merasakan konsep-konsep di luar pengelompokan secara mental yang meliputi dan mengelola sejumlah konsep spesifik yang mungkin ada". Karena pengklasifikasian setiap jenis benda bergantung kepada kemampuan intelektual yang melekat ini, maka pengklasifikasi harus memulai dengan memahami secara eksplisit tentang konsep dan pengelompokan. Konsep adalah pengenalan akan pola-pola sifat (qualities), atau struktur, yang memungkinkan pikiran menyebutkan objek dalam kaitannya dengan kenyataan konsistensi yang bisa diulang-ulang.
Menurut Aristoteles (dalam Wynar, 1972 dan juga Buchanan, 1979), semua pengetahuan ilmiah terdiri atas pengelompokan fakta-fakta atau keterangan-keterangan (particulars) di bawah konsep kelas secara bersamaan, serta dalam menggabungkan konsep-konsep tadi ke dalam suatu sistem. Tujuan ilmu adalah suatu batasan yang dapat menjelaskan ciri subjek dengan sifat-sifat dasarnya, serta dengan membedakan sifat-sifat tersebut dari kelompok-kelompok lainnya. Dengan demikian, tujuan akhir ilmu adalah pengelompokan objek-objek pengetahuan secara lengkap ke dalam kelompok-kelompok kelas, mempertunjukkan semua kesamaan dan perbedaan dalam sifat-sifat berbagai kelas.
Konsep ilmu seperti ini dijelaskan oleh Aristoteles. Ia mengatakan bahwa definisi suatu konsep istilah atau kelas, harus merupakan suatu statement yang lengkap tentang:
(1) Sifat-sifat dasar kelas. Contohnya adalah orang. Orang adalah hewan yang mampu berbicara secara rasional.
(2) Sifat-sifat khusus orang. Contohnya adalah orang mampu tertawa.
(3) Genus lain yang lebih tinggi. Contohnya, orang adalah binatang.
(4) Sifat-sifat yang membedakan orang dari semua spesies binatang lainnya. Contohnya, manusia adalah orang yang mampu berbicara.
(5) Sesuatu yang kebetulan ada, yaitu sifat-sifat yang merupakan bukan bagian dari definisi, tetapi pada umumnya ada pada setiap kelas dan kelas-kelas lainnya. Contohnya, orang adalah objek materi.

Pengelompokan ala Aristetolian ini sudah cukup terkenal. Dalam menggolongkan pengetahuan semesta (universal), ahli filsafat membatasi sepuluh kelas (kelompok benda yang paling disukai) sebagai berikut:
1. zat (substance) 2. kuantitas 3. kualitas
4. hubungan 5. tempat 6. waktu
7. situasi/posisi 8. posesi* 9. aktualitas
10. passivitas * = barang milik atau karakter yang diperoleh.

Lebih jauh kita dapat menemukan epistemologinya Aristoteles dalam uraian Kant. Menurut Kant, selalu ada dua faktor dalam pengetahuan -- yaitu bahan mentah, yang merupakan pengalaman indera, dan kegiatan pikiran yang tersusun, terorganisasi atau terpadu (synthetic). Untuk memahami atau untuk mengindera penafsiran, atau penilaian, yaitu pembentukan konsep dan hukum yang merupakan susunan dan rangkaian, caranya adalah dengan memadukan atau menyusun isi persepsi indera. Bentuk-bentuk ini merupakan kategori atau pengelompokan, yaitu bentuk-bentuk pemikiran suatu objek secara universal dan fundamental serta hubungan-hubungan antar objek tadi. Melalui penggunaan kategori-kategori ini, pikiran membangun bahan persepsi indera ke dalam keseluruhan pengalaman yang jelas (intelligible), sistematis, dan tersusun rapi.
Kategori Kant ini sesuai dengan klasifikasi atau penafsiran di dalam logika tradisional, sebagai berikut:
(1) Kategori-kategori kuantitas
kesatuan
pluralitas
totalitas
(2) Kategori-kategori kualitas
realitas
ketiadaan (negation)
keterbatasan (limitation)
(3) Kategori-kategori hubungan
kemelekatan (inherence) dan penghidupan (subsistence) atau zat (substance).
kausalitas dan ketergantungan.
komunitas atau pertukaran kepengaruhan (reciprocity of causal influence).
(4) Kategori-kategori modalitas - pengandaian
kemungkinan - kemustahilan
keberadaan - ketiadaan
keperluan - kebetulan (contingency).

Untuk menggambarkan teori dan argumen Kant, berikut diberikan gambaran beberapa contoh kategori dalam bentuk penerapan:
1) Kesatuan. Pikiran menyatukan berbagai sensasi. Contohnya seperti warna, bentuk berat, ukuran, rasa, dsb. ke dalam kesatuan atau identitas yang namanya jeruk, misalnya.
2) Pluralitas. Untuk menghitung sekantong jeruk, pikiran harus mengulanginya, seperti katakanlah, dua belas kali. Mengenali identitas kesatuannya serta menambahkan atau memadukan masing-masing satu kepada jumlah yang sudah diakui sebelumnya.
3) Zat. Pikiran dapat mengakui perubahan hanya dengan menunjukkan segala sesuatu yang tetap/permanan. Tanpa adanya kesadaran tentang keabadian, maka tidak ada perubahan, juga sebaliknya. Dengan begitu, maka jika kita berpikir tentang suatu objek, sebuah meja, misalnya, kita dapat mengatakan perubahan penampilannya hanya jika kita mengakui keidentikannya bahwa ia berubah.
4) Kausalitas. Hubungan kausal adalah satu dari rangkaian urutan yang perlu dan tidak bisa dibalik-balik. A penyebab B, berarti A harus terjadi pertama sebelum kejadian B. Namun dari pengalaman indera kita sendiri, kita tidak dapat memperoleh ide dengan rangkaian yang perlu dan tidak bisa terbalik itu.

Sekarang jelas bahwa penggunaan atau penerapan seluruh kategori itu mempunyai arti harus selalu sintesis, terorganisasi atau tergabungkan, termasuk pada beberapa hal dalam pengalaman indera yang semrawut (chaotic) dan berjenis-jenis. Pengetahuan meliputi baik yang sintesis maupun yang analitis. Kita harus melihat benda secara bersama sebelum bagian-bagiannya; namun juga kita tidak bisa melihat benda bersama-sama kecuali kalau kita meletakkannya bersama-sama.

Perlindungan Terhadap Hak Atas Kekayaan Intelektual


Era Informasi dan Kebutuhan Manusia

Dewasa ini, dunia tengah mengalami gelombang dunia ke-3 yang ditandai dengan adanya era informasi, yakni era dimana informasi banyak memegang peranan dalam kemajuan dunia. Sehingga siapa orang yang bisa mendapatkan dan menguasai informasi dengan cepat, tepat, efektif, serta efisien, maka dialah yang bisa “menguasai” dunia. Hal tersebut sangatlah beralasan sebab dengan memiliki informasi yang lengkap dan akurat, akan sangat membantu dalam upaya pengambilan keputusan yang bermutu tinggi. (Alvin Tofler)

Era informasi juga ditandai dengan meningkatnya permintaan dari masyarakat mengenai berbagai subyek informasi yang sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing. Menurut Prasad, kebutuhan informasi merupakan kebutuhan yang dimiliki oleh setiap manusia apapun jenis kegiatan maupun pekerjaannya. Kebutuhan tersebut muncul karena adanya kesenjangan dalam struktur diri manusia antara apa yang mereka miliki / ketahui dengan apa yang mereka perlukan. Hal tersebut bisa juga disebabkan karena manusia merupakan makhluk yang selalu ingin tahu. Penjelasan diatas dapat dipahami bahwa informasi merupakan kebutuhan mutlak bagi kehidupan manusia.

Sebuah informasi secara umum terdiri atas sekumpulan (jamak) data-data yang dapat berupa kenyataan-kenyataan / catatan yang berbentuk angka, huruf, suara, sinyal, gambar, dsb., dimana suatu kesimpulan pada nantinya dapat diambil. Untuk menjadi sebuah informasi, data harus memenuhi unsur-unsur seperti :
  1. Dapat dipercaya kebenarannya (diperlukan metode pengumpulan data yang baik dan dengan menggunakan metode ilmiah, serta diikuti pengolahan data dengan ketelitian yang tinggi.
  2. Tepat waktu.
  3. Mampu menggambarkan seluruh persoalan yang disampaikan dalam arti harus tersedia dengan utuh, tidak boleh disampaikan secara parsial (secara potongan / bagian).

Selain itu, perlu diperhatikan bahwa informasi merupakan olahan data-data yang berbentuk sesuatu yang berguna bagi users, sehingga dalam sebuah informasi harus terkandung:
1.    Tujuan dari pemanfaatan informasi.
2.    Punya ketelitian dalam pengolahan data dan dalam penyampaian data, maksudnya inti serta pentingnya informasi harus selalu diperhatikan.
3.    Memperhatikan waktu penerimaan informasi tersebut, sehingga informasi tersebut memiliki nilai guna yang tinggi.
4.    Memperhatikan ruang dan tempat. Artinya informasi tersebut harus tersedia dalam ruangan dan tempat yang tepat.
5.    Bentuk informasi. Informasi tersebut harus dapat digunakan secara efektif, maksudnya informasi tersebut harus dapat menunjukkan hubungan-hubungan yang diperlukan, bagaimana kecenderungan-kecenderungannya, hal-hal yang perlu diperhatikan, serta situasi yang sedang terjadi.
6.    Mempunyai kejelasan dalam penyampaian informasi, sebab penyajian informasi yang salah tafsir / keliru akan menghasilkan keputusan yang tidak tepat.
7.    Informasi yang disampaikan harus pada orang, waktu serta bentuk yang tepat.

Informasi merupakan olahan yang menunjukkan suatu proses yang telah melalui berbagai tahapan-tahapan seperti sebagai berikut:
  1. Dimulai dari pengumpulan data baik secara langsung (catatan pribadi) maupun secara tidak langsung (melalui berita / media). Sumber data langsung adalah dari manusi yang dapat berbentuk perorangan maupun kelompok / perwakilan. Sedangkan sumber data tidak langsung adalah media cetak, media elektronik, serta publik.
  2. Penyimpanan / pengarsipan.
  3. Penyebaran informasi.

Unit Informasi dan Perlindungan Terhadap HaKI

Perpustakaan maupun unit-unit informasi lainnya merupakan sarana penyediaan informasi dan pelestarian kebudayaan yang berperan penting untuk keperluan pendidikan, penelitian, serta pengembangan ilmu. Perpustakaan dan unit informasi bertindak selaku penyimpan dan pengelola khazanah hasil pikiran manusia yang dituangkan dalam bentuk cetak maupun non cetak. Sedangkan hasil pikiran manusia tersebut memerlukan perlindungan hukum agar pencipta tidak merasa dirugikan oleh pihak lainnya.

Perlindungan terhadap Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI) sangat penting arti dan peranannya, terutama di tengah arus globalisasi dunia dimana hasil budi dan daya manusia mendapat penghargaan yang sangat tinggi. Perlindungan terhadap HaKI adalah untuk memacu dan melindungi penciptaan, penyebaran, serta pemerataan kebudayaan di berbagai bidang ilmu, seni, sastra. Namun, perlindungan tersebut hanya dapat dilakukan terhadap ide yang diwujudkan dalam bentuk nyata (tangible) (Goenadi, Didiek Hadjar). Adapun jenis-jenis perlindungan HaKI yang ada dan contoh-contohnya adalah sebagai berikut:

  1. Hak Cipta (copyright) : merupakan bentuk perlindungan yang disediakan oleh negara bagi kreasi tertulis, seperti puisi, buku, lukisan, patung, tarian, musik, program komputer dan sebagainya, atas dasar konsep keaslian atau orisinalitas. Pemegang Hak Cipta memiliki hak untuk mencegah orang lain menggunakan, memproduksi, mendistribusi, menyewakan, menjual, atau mempertunjukkan materi yang diciptakannya. Masa perlindungan bervariasi, yaitu seumur hidup ditambah 25-50 tahun.

  1. Merek Dagang (Trade Mark) : adalah suatu simbol yang dapat mencirikan secara spesifik satu produk atau perusahaan. Merek dagang berbeda dengan nama dagang (trade name) yang biasa digunakan untuk mengidentifikasi satu business entity. Contoh merek dagang yang terkenal antara lain adalah bentuk botol Coca Cola, slogan Just Do It (Nike), dan Gatorade (minuman atlit).

  1. Rahasia Dagang (Trade Secret) : adalah satu informasi penting dari satu temuan yang tetap dijaga kerahasiaannya oleh suatu perusahaan sebagai hasil kesepakatan dengan penemunya. Perusahaan memegang hak untuk memproduksi dan mengkomersilkan temuan termaksud, sedangkan penemunya memperoleh imbalan berupa royalti dan tidak boleh mengungkapkan kepada pihak lain. Formulasi minuman Coca Cola dan formula kimia film instan Polaroid adalah contoh dari jenis ini.

  1. Paten (Patent) : merupakan hak khusus yang diberikan oleh negara kepada penemu untuk melarang orang lain dalam menggunakan dan/atau menjual penemuannya. Temuan yang dapat dipatenkan harus memenuhi syarat:
1.    baru (novelty),
2.    tidak umum (non-obvious),
3.    bermanfaat (utility).
Adapun jenis-jenis temuan yang dapat dipatenkan antara lain:
1.    proses,
2.    mesin,
3.    manufaktur,
4.    komposisi bahan,
5.    serta modifikasi dari proses, mesin, manufaktur, serta komposisi bahan.
Saat ini sedang dipersiapkan untuk dapat diberikan patent kepada hasil desain industri, integrated circuit, serta indikasi geografis.

  1. Perlindungan Varietas Tanaman (Plant Variety Protection) : adalah perlindungan yang diberikan kepada pemulia terhadap varietas baru tanaman yang dihasilkan dari kegiatan pemulia terhadap varietas baru tanaman yang dihasilkan dari kegiatan pemuliaan. Hak ini diberikan setelah temuan tersebut dibuktikan memiliki sifat-sifat : (a) baru, (b) berbeda, (c) seragam, (d) mantap.

Di Indonesia, jenis perlindungan dari (a) sampai (d) point-point di atas diberikan oleh Direktorat Jenderal Hak Cipta, Patent, dan Merek (HCPM), Departemen Kehakiman Republik Indonesia, yang sejak September 1998 berganti nama menjadi Ditjen HaKI. Adapaun untuk jenis perlindungan terakhir (PVT) semula juga ditangani oleh Ditjen HaKI, tetapi karena menyangkut pengujian sifat-sifat tanaman, rencananya diserahkan ke Departemen Pertanian.

HAK CIPTA (copyright)
Perlindungan Hak atas Kekayaan Intelektual yang erat kaitannya dengan dunia perpustakaan dan dokumentasi adalah hak cipta.

Beberapa  Hak Lainnya (intellectual property law)

Disarikan dari buku Understanding Copyright: a Practical Guide, karangan Eric A. Thorn, 1997.


  • Subsidiary Right : (hak yang diberikan oleh penerbit atas nama pengarang kepada pihak lain atas dasar negosiasi)
  • Mechanical Right : (hak yang diberikan pada lembaga / perusahaan yang menerbitkan karya tulis seseorang dalam bentuk rekaman suara. Karya yang sama, hanya dengan sifat audio (Contoh: talking books yang bisa dinikmati sambil mengemudi). Ganjaran yang diperoleh adalah royalti dari hasil penjualan rekaman.
  • Paperback Right : (Penerbit yang pertama kali menerbitkan buku dalam edisi hardback memberikan hak penerbitan buku oleh penerbit lain dalam edisi paperback). Pengarang akan mendapatkan royalti dari kedua edisi.
  • Foreign Right : (hak penerbit lokal di luar negeri pengarang dan penerbit utama, dibagi kedalam dua bentuk: Pertama (hak menerbitkan dan mendistribusikan buku di dalam negeri dalam bentuk bahasa dan tulisan yang asli), kedua (hak menerjemahkan buku asli ke dalam bahasa lokal dan menjual di dalam negeri atau negara tertentu. Pengarang akan menerima royalti dari hasil penjualan buku terjemahan.
  • Film and Video Right : (sama dengan mechanical right, tapi berupa rekaman video atau film). Terdapat berbagai adaptasi dalam menerjemahkan buku kedalam bentuk film atau videogram untuk mencapai hasil yang realistis, maka dalam perjanjian akan digunakan istilan dramatization right atau documentary right. Begitu juga dalam penerjemahan ke dalam siaran televisi.
  • Broadcast Right : (hak penyiaran yang yang diberikan pada kegiatan membacakan sebagian atau seluruh bagian dari sebuah buku kedalam sebuah siaran radio atau televisi, atau dalam bentuk videogram dan film, disiarkan melalui televisi. Hak diberikan pada setiap jenis siaran (cable, diffusion, atau satellite system). Perjanjian dalam kegiatan ini umumnya dilakukan antara ikatan Penerbit dengan Ikatan Penyiaran.)
  • Non-commercial Right : hak yang biasanya diberikan untuk organisasi tertentu yang membantu orang-orang cacat. Dalam hal ini, tidak dituntut adanya royalti, namun biasanya lebih berbentuk tradisi dimana penerbit atau pengarang memberikan ijin gratis dengan catatan bahwa penerbit dan pengarang dicantumkan dalam salinan. Catatan lain adalah bahwa organisasi terbukti tidak melakukan penyalinan untuk tujuan komersil.
  • Serial Right : sebuah surat kabar atau majalah dapat juga menerbitkan sebuah buku tanpa dikenai kewajiban membayar royalti dengan cara memuatnya secara berseri. Satu bab setiap terbitan, misalnya. Royalti sangat bisa dibebaskan karena sebenarnya penerbitan berseri ini juga merupakan cara promosi yang sangat baik untuk mempopulerkan sebuah buku yang baru ditulis, sehingga menguntungkan pihak pengarang dan penerbit.
  • Subsidiary Right : semua hak yang sudah diuraikan di atas, juga beberapa tindakan mengeksploitasi hasil karya dimana semua urusannya ditangani oleh penerbit sebagai wakil pengarang, dikelompokkan sebagai Subsidiary right. Perlu diingat bahwa walaupun hanya sebagian kecil dari sebuah karya yang di “salin” dan semuanya dilakukan oleh penerbit, pengarang harus memperoleh haknya apabila ada keuntungan dari pihak yang menyalin. Sebaliknya, kalau pengarang bernegosiasi, penerbit juga memilki hak untuk dapat bagian.
“Negara perbatasan” yang biasanya diberikan hak sampingan (diberikan ijin karena banyak kegiatan sosial dan/atau dianggap kurang mampu) adalah Afrika, Antartika, Asia, Amerika Tengah, Eropa, Oceania, Amerika Utara, Kanada, serta Amerika Selatan.

Selain beberapa perlindungan terhadap HaKI dalam bidang perpustakaan dan dokumentasi, juga terdapat beberapa perlindungan dalam dunia seni (Artistic Works), seperti:
a.    Photography (pencipta/pengambil gambar pada fotografi adalah pemilik pertama atas hak cipta karya tersebut, kecuali apabila fotografer adalah pegawai yang mendapat tugas memotret, maka pemberi perintah itulah yang memiliki hak cipta (bisa sebaliknya apabila sebelumnya ada perjanjian)
b.    Work of art (untuk lukisan, gambar, ukiran, dll.) Pencipta karya adalah pemilik pertama hak cipta, kecuali pencipta adalah orang yang dibayar untuk berkarya. Meniru, menyalin sebuah karya bukan untuk keperluan publikasi karya pertama adalah bukan pelanggaran.
c.    Graphic Art (untuk karya seni grafis yakni segala karya yang berjenis kartun, ilustrasi buku dan iklan dalam sebuah katalog atau majalah).
d.    Copyright Free Work (produser majalah amatir, seperti newsletter untuk kelompok lokal, dsb.)
e.    Typefaces (walaupun desain jenis huruf merupakan karya seni, namun dibebaskan dari perlindungan hak cipta).
f.     Artchitectural Designs and Buildings (pemilik hak cipta adalah pembuat atau perancang desain arsitektur atau bangunan).




Kamis, 03 Desember 2009

Esensi Dasar Pelayanan Perpustakaan

Setiap pengelola sistem atau pusat informasi termasuk perpustakaan perlu menyadri bahwa lembaga tersebut merupakan suatu unit kerja yang didalamnya terdiri dari kopmponen-kmponen yang saling berkaitan antar satu dengan lainnya. Dimana komponen yang terlibat dalam pengurusan informasi adalah pengadaan, pengolahan, dan penyebaran informasi (K.J.Mc Garry, 1975:8)

Pelayanan perpustakaan merupakan sub unit kerja dari kegiatan-kegiatan yang ada di perpustakaan. Berbagai kegiatan yang ada di perpustakaan pada palaksanaannya banyak mewarnai terhadap bentuk dan luasnya kegiatan pelayanan perpustakaan. Merupakan tugas bagian pelayanan untuk senantiasa mengupayakan agar setiap bahan/informasi yang tersedia, dapat dimabfaatkan secara maksimal oleh para pemakai, khususnya pemakai yang harus dilayani (actual user).

Agar para pemakai dapat memperoleh kesempatan dari fasilitas yang tersedia di perpustakaan, terutama dalam kegiatan penelusuran untuk menemukan informasi yang diperlukan yang sesuai dengan kebutuhannya, maka pihak pengelola perpustakaan harus dapat memberikan pelayanan yang optimal melalui kegiatan bimbingan, penerangan dan pengarahan.

Maka esensi dasar dari kegiatan pelayanan perpustakaan adalah suatu upaya atau proses penyebarluasan dan pendayagunaan atau pemberdayaan koleksi atau fasilitas yang dimiliki perpustakaan, serta memberi arti dan bantuan yang maksimal, sehingga terjadi adanya titik temu antara kebutuhan pengguna dengan sumber-sumber informasi di perpustakaan. Sebagaimana yang dikemukakan Roger Stoakley (1982,60) "...the essential of the services the stock and the extend to which it meets the needs of the community..."


Literasi Informasi

Beberapa definisi mengenai literasi informasi adalah sebagai berikut :
  1. The American Library Associations (ALA) Komite Presedensial mengenai literasi informasi, pernyataan laporan akhir bahwa, "Menjadi melek informasi, orang yang mampu mengenali  ketika informasi dibutuhkan dan mempunyai kemampuan untuk menempatkan, mengevaluasi dan menggunakan informasi yang dibutuhkan secara efektif ". (1989)
  2. Zurkoswi (Pencetus pertama literasi informasi) adalah orang yang terbiasa menggunakan sumber-sumber informasi dalam menyelesaikan tugas-tugas kehidupannya (orang yang melek informasi) artinya mereka telah mempelajari teknik dan kemampuan untuk menggunakan alat-alat dan sumber-sumber informasi dalam menyelesaikan permasalahan yang mereka hadapi.
  3. Kofi Anan (Sekjen PBB), "Literacy unlock the door to learning trought out life, is essential to development and health and opens the way for democratic participation and active citizenship."
 Pembahasan dalam literasi informasi, yaitu :
  1. Pemahaman masyarakat melalui proses komunikasi lisan dan melek huruf
  2. Bahan bacaan
  3. Proses membaca
  4. Proses belajar
  5. Keterampilan menggunakan media
  6. User education
  7. Metodologi pendekatan
  8. Pemahaman isi bacaan
  9. Melek informasi : media dan teknologi
 Orang yang memahami informasi adalah :
  1. Mengetahui bahwa informasi yang lengkap dan akurat adalah dasar untuk pengambilan keputusan yang cerdas
  2. Mengetahui kebutuhan informasi
  3. Menemukan bagaimana untuk menempatkan informasi yang dibutuhkan
  4. Merumuskan pertanyaan berdasar pada kebutuhan informai
  5. Mengidentifikasi sumber utama informasi
  6. Mengembangkan keberhasilan strategi pencarian
  7. Mengakses sumber informasi termasuk yang berbasis komputer dan teknologi lain
  8. Mengevaluasi informasi apapun sumbernya
  9. Mengorganisir informasi untuk kegunaan praktis
  10. Menggabungkan informasi yang baru
  11. Menyatukan informasi yang baru kedalam ilmu pengetahuan yang ada
  12. Menggunakan informasi dengan pemikiran yang kritis dan penyelesaian masalah
  13. Menggunakan informasi secara etis dan sesuai dengan hukum
 Fungsi Pengetahuan Pemahaman Literasi Informasi :
  1. Literasi informasi akan mengantarkan kesuksesan di masa yang akan datang
  2. Literasi informasi akan dapat meningkatkan taraf hidup
  3. Literasi informasi akan menggiring masyarakat terhadap suatu pembaharuan ke arah positif
  4. Literasi informasi membantu membuka cakrawala masyarakat terhadap dunia luar
  5. Literasi informasi membekali masyarakat dalam strategi pengambilan keputusan untuk menyelesaikan masalah pencarian informasi
  6. Literasi informasi mengajarkan kita untuk berpikir kritis dan skeptis
  7. Literasi informasi menemukan banyak wawasan baru yang belum pernah diperoleh sebelumnya


Customer Relationship Management


A.    PENDAHULUAN
Persaingan bisnis yang sedemikian ketat saat ini, mengharuskan setiap perusahaan menerapkan langkah-langkah jitu untuk mempertahankan kesetian konsumennya. Tidak dapat dipungkuri bahwa konsumen merupakan mata rantai yang tidak dapat dipisahkan dari sebuah industri yang menghasilkan produk atau jasa. Salah satu langkah yang dapat ditempuh oleh sebuah perusahaan dalam menghadapi persaingan tersebut yaitu dengan menerapkan Customer Relationship Management ( CRM ).
Pengaplikasian Costumer Relationship Management (CRM) sendiri yaitu untuk mengetahui, mengenal dan menggali apa yang diharapkan oleh konsumen atau pelanggan dari sebuah perusahaan. Menurut Costanzo (2003, p.8), Costumer Relationship Management (CRM) merujuk pada software system yang membantu perusahaan memperoleh dan menyimpan data pelanggannya serta melakukan hubungan dua arah. Dengan database yang sebuah perusahaan miliki mengenai data konsumennya baik itu mengenai pekerjaan, hobi, dan sebagainya. Melalui informasi tersebut perusahaan dapat membangun relasi dengan konsumennya sehingga kepuasaan konsumen terhadap produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan dapat diketahui.

B.     COSTUMER RELATIONSHIP MANAGEMET
 CRM (Customer Relationship Management) merupakan sebuah strategi bisnis yang berorientasi pada customer, dengan tujuan akhirnya memaksimalkan  profit perusahaan dan kepuasan kustomer. CRM didefinisikan sebagai integrasi dari strategi penjualan, pemasaran, dan pelayanan yang terkoordinasi. CRM menyimpan informasi pelanggan dan merekam seluruh kontak yang terjadi antara pelanggan dan perusahaan, serta membuat profil pelanggan untuk staf perusahaan yang memerlukan informasi tentang pelanggan tersebut.
Para ahli memiliki definisi yang berbeda-bea mengenai Costumer Relationship Mangement (CRM). Secara umum, dapat disimpulkan bahwa CRM merupakan strategi dan usaha untuk menjalin hubungan dengan pelanggan dan memberikan pelayanan yang memuaskan bagi pelanggan.

Pengertian lain mengatakan bahwa Costumer Relationship Management adalah sebuah sistem informasi yang terintegrasi yang digunakan untuk merencanakan, menjadwalkan, dan mengendalikan aktivitas-aktivitas prapenjualan dan pascapenjualan dalam sebuah organisasi. CRM melingkupi semua aspek yang berhubungan dengan calon pelanggan dan pelanggan saat ini, termasuk di dalamnya adalah pusat panggilan (call center), tenaga penjualan (sales force), pemasaran, pendukung teknis (technical support) dan layanan lapangan (field service).

C.    SASARAN DAN TUJUAN CRM
Sasaran utama dari CRM adalah untuk meningkatkan pertumbuhan jangka panjang dan profitabilitas perusahaan melalui pengertian yang lebih baik terhadap kebiasaan (behavior) pelanggan. CRM bertujuan untuk menyediakan umpan balik yang lebih efektif dan integrasi yang lebih baik dengan pengendalian return on investment (ROI) di area ini.
Otomasi Tenaga Penjualan (Sales force automation/SFA), yang mulai tersedia pada pertengahan tahun 80-an adalah komponen pertama dari CRM. SFA membantu para sales representative untuk mengatur account dan track opportunities mereka, mengatur daftar kontak yang mereka miliki, mengatur jadwal kerja mereka, memberikan layanan training online yang dapat menjadi solusi untuk training jarak jauh, serta membangun dan mengawasi alur penjualan mereka, dan juga membantu mengoptimalkan penyampaian informasi dengan news sharing.SFA, pusat panggilan (bahasa inggris:call center) dan operasi lapangan otomatis ada dalam jalur yang sama dan masuk pasaran pada akhir tahun 90-an mulai bergabung dengan pasar menjadi CRM. Sama seperti ERP (bahasa Inggris:Enterprise Resource Planning), CRM adalah sistem yang sangat komprehensif dengan banyak sekali paket dan pilihan.
Merujuk kepada Glen Petersen, penulis buku "ROI: Building the CRM Business Case," sistem CRM yang paling sukses ditemukan dalam organisasi yang menyesuaikan model bisnisnya untuk profitabilitas, bukan hanya merancang ulang sistem informasinya.
CRM mencakup metoda dan teknologi yang digunakan perusahaan untuk mengelola hubungan mereka dengan pelanggan. Informasi yang disimpan untuk setiap pelanggan dan calon pelanggan dianalisa dan digunakan untuk tujuan ini. Proses otomasi dalam CRM digunakan untuk menghasilkan personalisasi pemasaran otomatis berdasarkan informasi pelanggan yang tersimpan di dalam sistem.

D.    TAHAPAN CRM
Ada tiga tahapan CRM, yaitu (Kalakota dan Robinson 2001):
1.      Mendapatkan pelanggan baru (acquire). Pelanggan baru didapatkan dengan memberikan kemudahan pengaksesan informasi, inovasi baru, dan pelayanan yang menarik.
2.      Meningkatkan hubungan dengan pelanggan yang telah ada (enhance). Perusahaan berusaha menjalin hubungan dengan pelanggan melalui pemberian pelayanan yang baik terhadap pelanggannya (customer service). Penerapan cross selling atau up selling pada tahap kedua dapat meningkatkan pendapatan perusahaan dan mengurangi biaya untuk memperoleh pelanggan (reduce cost).
3.      Mempertahankan pelanggan (retain). Tahap ini merupakan usaha mendapatkan loyalitas pelanggan dengan mendengarkan pelanggan dan berusaha memenuhi keinginan pelanggan.

E.     KLASIFIKASI CRM
Aplikasi yang menerapkan CRM diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1.      CRM Operasional
CRM Operasional dikenal sebagai “front office” perusahaan. Aplikasi CRM ini berperan dalam interaksi dengan pelanggan. CRM Operasional mencakup proses otomatisasi yang terintegrasi dari keseluruhan proses bisnis, seperti otomatisasi pemasaran, penjualan, dan pelayanan.
Salah satu penerapan CRM yang termasuk dalam kategori operasional CRM adalah dalam bentuk aplikasi web. Melalui web, suatu perusahaan dapat memberikan pelayanan kepada pelanggan. Beberapa contoh pelayanan yang diberikan melalui web, diantaranya:


·         Menyediakan pencarian produk. Pelanggan sering kali mengalami kesulitan dalam mencari produk yang mereka inginkan, karena itu diperlukan fasilitas search
·         Menyediakan produk atau pelayanan gratis, sesuatu yang dapat menarik pelanggan untuk mengunjungi web adalah tersedianya produk atau pelayanan gratis
·         Menyediakan pelayanan atau informasi tentang penggunaan produk
·         Menyediakan pemesanan on line
·         Menyediakan fasilitas informasi status pemesanan

2.      CRM Analitik
CRM Analitik dikenal sebagai “back office” perusahaan. Aplikasi CRM ini berperan dalam memahami kebutuhan pelanggan. CRM Analitik berperan dalam melaksanakan analisis pelanggan dan pasar, seperti analisis trend pasar dan analisis perilaku pelanggan. Data yang digunakan pada CRM Analitik adalah data yang berasal dari CRM Operasional.

F.     TEKNOLOGI PENDUKUNG CRM
1.      Costumer Database
Sebuah sistem tak akan pernah berjalan dengan baik tanpa adanya database. Begitu pula dengan CRM ini. Yang menjadi tulang punggung dari sistem ini tak lain dan tak bukan adalah database dari kostumer. Informasi yang diperoleh dari konsumen baik berupa interaksi dengan perusahaan dan prospek kedepannya akan sangat berharga, termasuk juga informasi yang diperoleh dari order kostumer, informasi tentang support yang diberikan, request kostumer, complain, interview dan survey yang telah diberikan. Bagi sistem CRM kesemua hal itu adalah input yang sangat berharga bagi perusahaan.

2.      Costumer Intelligence
Costumer intelligence adalah sebuah upaya untuk mengkotak-kotakkan kostumer sesuai dengan needs dan kebutuhannya masing-masing. Tentu saja hal ini bisa dilakukan dengan bantuan software atau manual manusia. Setelah ia dikotak-kotakkan kita akan dengan mudah memasukkan kostumer itu kedalam permainan strategi bisnis perusahaan. Contohnya adalah pembagian kostumer potensial, kostumer biasa, dan kostumer tak potensial. Ini akan memudahkan kita untuk mengetahui apakah kostumer itu cukup puas atau tidak.

3.      Costumer Capacity and Competency Development
Tujuan utama dari teknologi pendukung ini adalah continous improvement yang memungkinkan perusahaan berada sedikit lebih dekat dengan apa yang dimaui oleh kostumer. Sistem yang kompleks memang dibutuhkan untuk mencapai hal ini, tapi bukan hanya itu saja, praktek langsung jauh lebih powerful untuk mencapai level kepuasan pelanggan yang diinginkan, kombinasi sempurna dari manusia dan teknologi akan menghasilkansalah satu core competencies yang memungkinkan perusahaan terus berada di depan dalam kompetisi CRM. Kesuksesan dalam memilih tools, teknologi, dan praktek langsung akan kemudian ditiru oleh perusahaan yang lain ketika kombinasi itu terbukti sukses. Hal ini akan menyebabkan perusahaan kita menjadi market leader dalam CRM. Tentu saja market leader tak kan dapat dipertahankan lama bila tak ada perubahan dinamis didalam perusahaan yang disesuaikan dengan pergerakan keinginan kostumer.

G.    MANFAAT DARI COSTUMER RELATIONSHIP MANAGEMENT
1.      Mendorong Loyalitas Pelanggan
CRM memungkinkan perusahaan untuk mendaya-gunakan informasi dari semua titk kontak dengan pelanggan, baik via web, call center, ataupun lewat staff pemasaran dan pelayanan dilapangan.  Konsisten dan akesepsibilitas informasi memungkinkan penjualan dan pelayanan yang lebih baik dengan berbagai informasi penting mengenai pelanggan tersebut.
2.      Mengurangi Biaya
Dengan kemampuan swalayan dalam penjualan dan pelayanan pelanggan, ada biaya yang bisa dikurangi. Misalnya dengan memanfaatkan teknologi web. CRM juga memungkinkan penjualan atau pelayanan dengan biaya lebih murah dalam sebuah skema program pemasaran yang spesifik dan terfokus. Tertuju pada pelanggan yang tepat dan pada waktu yang tepat pula.
3.      Meningkatkan Efisensi Operasional
Otomasi penjualan dan proses layanan dapat mengurangi resiko turunnya kualitas pelayanan dan mengurangi beban cash flow. Penggunaan teknologi web dan call center misalnya, akan mengurangi hambatan birokrasi dan biaya serta proses administratif yang mungkin timbul.
4.      Peningkatan Time to Market
CRM memungkinkan kita membawa produk ke pasar dengan lebih cepat dengan informasi pelanggan yang lebih baik, ada data trend pembelian oleh pelanggan. Dengan kemampuan penjualan di web, maka hambatan waktu, geografis, sampai ketersedian sumber data dapat dikesampingkan untuk mempercepat penjualan produk tersebut.
5.      Peningkatan Pendapatan
CRM menyediakan informasi untuk meningkatkan pendapatan dan keuntungan perusahaan. Dengan CRM, kita dapat melakukan penjualan dan pelayanan  melalaui website sehingga peluang dari penjualan secara global tanpa perlu menyediakan upaya khusus untuk mendukung penjualan dan pelayanan tersebut.

H.    CONTOH PENERAPAN CRM DALAM INDUSTRI PRODUK DAN JASA
Di Indonesia sendiri sudah banyak perusahaan yang menerapkan CRM mulai dari industri perbankan seperti BCA (www.klickbca.com), operator selular XL (www.xl.co.id), industri makanan dan minuman Nestle (www.id.nestle.com). Melalui website BCA ini, pelanggan dapat mengakses data yang diperlukan, misalnya produk perbankan, transaksi nilai jual beli valuta asing, dll. Sedangkan di website XL, pelanggan dapat mengakses produk dan layanan celular mobile telephone. Yang terakhir melalui website Nestle, pelanggan dapat memperoleh informasi produk terbaru Nestle dan bergabung dalam kolom ’Sahabat Nestle’ sebagai sarana untuk menjalin hubungan antara perusahaan dengan pelanggan.
Contoh lainnya adalah penerapan CRM di dunia pendidikan yaitu Universitas Kristen Petra, Surabaya. Melalui website Universitas Kristen Petra/UKP (www.petra.ac.id), pelanggan dapat mengakses berbagai informasi secara on line. Untuk kalangan eksternal, calon mahasiswa dapat memperoleh informasi mengenai fakultas dan jurusan yang ada di UKP serta status akreditasinya, agenda universitas seperti penerimaan mahasiswa baru, kegiatan intern dan ekstern universitas. Selain itu mereka juga dapat mengakses pengumuman penerimaan mahasiswa baru secara on line ataupun melalui telpon serta tak perlu datang berduyun-duyun ke UKP dan membuat kepadatan di Jl. Siwalankerto. Data perpustakaan seperti buku-buku koleksi dan tandon, jurnal, tugas akhir juga ada di website ini. Mahasiswa juga dapat melakukan perwalian dan melihat data Kartu Rencana Studi/ KRS, Kartu Hasil Studi/ KHS, kredit point melalui internet. Sedangkan untuk kalangan internal, pejabat, dosen dan karyawan mempunyai wadah untuk berkomunikasi melalui email groups (petrastaff). Di sini mereka bisa melakukan komunikasi internal dua arah antar staf pengajar maupun pendukung dan pejabat yang bersangkutan secara on line. Dosen wali juga dapat mengakses portfolio mahasiswa dan berkomunikasi melalui web ini.

 Daftar Pustaka
JURNAL MANAJEMEN PEMASARAN, VOL. 2, NO. 2, OKTOBER 2007: 59-65
http://varendy.wordpress.com/ ( Di akses pada October 13, 2009, 5:45:51 PM )
   12, 2009, 12:39:34 PM)